Sabtu, 05 Desember 2015

Pendataan dan Validasi Data 8355 dan Nilai Perbaikan UN di SMAN 94



Bagian Awal
Kelas               : LA-25
Dosen              : Ms. Murty Magda Pane (D3371)
Waktu             : 8 November 2015
Pukul               : 14:00-16:00
Lokasi             : SMAN 94, Kalideres, Jakarta
PIC ditempat  : Ibu bagian Kesiswaan

Tim yang Hadir :
Ketua : Noviyanti/1701300975
Anggota :
1.      Fabian/1701302583
2.      Hanita Marsherina/1701300672
3.      Welly/1701290280
4.      Della Maegafia/1701300312
5.      Michelle Novia/1701305175
6.      Noviyanti/1701300975

Tim yang tidak hadir:
1.       Siena/1701300294


Della-Hanita-Noviyanti-Michelle-Fabian-Welly-Esther

Isi

Teori Character Building
Pengambilan keputusan melalui proses P.E.A.C.E
a.       Problem. Kita harus melihat secara jernih apa yang menjadi permasalahannya dan meneliti serinci mungkin masalah-masalah yang ada, termasuk yang mungkin terselubung/laten.
b.      Emotion. Kita perlu mengambil keputusan dengan emosi yang tenang, sehingga dapat membuat penilaian yang lebih bebas dan objektif.
c.       Analisis. Permasalah perlu dianalisis secara cermat, permasalahan-permasalahan yang telah dirinci sebelumnya harus diteliti lebih dalam lagi seperti apa penyababnya, kapan masalahnya muncul, dll.
d.      Contemplation. Proses ini menunjuk pada usaha mental melakukan mengidentifikasi masalah, menganalisisnya, mencari dan memilih kemungkinan cara mengatasinya, melaksanakan keputusan yang telah dipilih dan menerima hasilnya termasuk dampaknya.
e.      Equilibrium. Setelah melalui proses ini ternyata kita mengalami keseimbangan batim, dalam arti tenang, damai, maka pilihan keputusan boleh ditindak lanjuti. Tetapi sebaliknya, apabila kita tidak mengalami keseimbangan batin, maka keputusan yang telah dipersiapkan harus ditinjau ulang dari awal.

Teori CB yang digunakan adalah pengambilan keputusan, disaat kita tidak tahu harus melakukan apa karena data di sekolah belum ada, dan harus tenang karena sempat ada kesalah pahaman, dimana ada seorang guru yang sedang duduk dan guru tersebut tidak memakai seragam sekolah, guru tersebut hanya memakai kaos dan celana santai, kami tidak mengira bahwa ibu tersebut merupakan seorang guru, sehingga kami tidak menegurnya, lalu ibu tersebut memarahi kami dan berkata bahwa kami tidak memiliki etika karena kami tidak menegurnya pada saat melewati ibu tersebut.









Pada tanggal 8 November 2015, kami melakukan kunjungan lagi ke SMAN 94, kunjungan kali ini bertujuan untuk memvalidasi data 8355 dan mendata perbaikan Ujian Nasional tahun lalu. Kami tiba di SMAN 94 pada pukul 14:00 seperti yang telah disepakati, sesampainya disana kami langsung bertemu dengan PIC disana dan kami diberi ruangan untuk melakukan validasi data 8355 dan perbaikan UN tersebut, kami disuruh ke bagian tata usaha untuk mengambil data 8355 dan data hasil UN, data 8355 yang diberikan oleh Binus adalah data tahun ajaran 2015/2016, namun sekolah belum mempunyai data tahun ajaran 2015/2016, sehingga kami tidak dapat melakukan validasi, kami sempat bertanya pada bagian tata usaha kapan data tersebut jadi, namun jawabannya tidak jelas dan menjawab dengan tidak peduli, bagian tata usaha bilang kalau datanya 2 bulan lagi baru keluar, sehingga kami harus berpikir apa yang harus kami lakukan. Akhirnya kami hanya dapat mendata perbaikan UN. Setelah itu kami membuat notulen dan meminta tanda tangan bagian tata usaha, setelah bagian tata usaha membaca notulennya, ia langsung minta dirubah dari 2 bulan menjadi 1 bulan. Karena waktu sudah sore, kami memutuskan untuk berpamitan dan meminta foto pada PIC setempat dan menyudahi kunjungan ke SMAN 94.


Survey Internal:
Seluruh anggota kelompok mau bekerja dan sabar dalam melakukan kegiatan serta mau ikut serta dalam pengambilan keputusan.

Penutup
Hasil Kegiatan:
Kelompok kami telah datang ke sekolah dan akan melakukan validasi 8355  dan perbaikan nilai UN.

Kesimpulan:
Kelompok kami tidak dapat mencocokan data dari pemerintah dan sekolah, karena ketidak siapan data dari sekolah, sehingga kami hanya menulis seluruh data dari pemerintah di kolom “Ada di Pemerintah tetapi Tidak Ada Di Sekolah”. Kami dapat mendata perbaikan nilai UN karena datanya sudah ada.

Rabu, 11 November 2015

Validasi Realisasi KJP di Sekolah SMA NEGERI 94 Petang dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia












Kelas               : LA-25
Dosen              : Ms. Murty Magda Pane (D3371)
Waktu             : Selasa, 27 Oktober 2015
Pukul               : 12.00 - 14.00
Lokasi             : SMAN 94, Kalideres, Jakarta
PIC ditempat  : Bapak Endi, Wakil Kepala SMA Negeri 94 Jakarta

Tim yang Hadir :
Ketua : Noviyanti/1701300975
Anggota :
1.      Fabian/1701302583
2.      Hanita Marsherina/1701300672
3.      Welly/1701290280
4.      Della Margafia/1701300312
2.      Michelle Novia/1701305175

Tim yang tidak hadir:
1.       Esther Aditya/1701293471
3.      Siena/1701300294

Isi

(nama dari kiri ke kanan : Welly, Fabian, Noviyanti, Hanita, Michelle, Della)


Teori Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.Pengertian ini muncul mengingat etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethos” (jamak: ta etha), yang berarti adat kebiasaan, cara berkipikir, akhlak, sikap, watak, cara bertindak. Kemudian diturunkan kata ethics (Inggris), etika (indonesia). Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988, menjelaskan etika dengan membedakan tiga arti, yakni: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, kumpulan azas atau nilai, dan nilai mengenai benar dan salah. Dengan pembedaan tiga definsi etikatersebut maka kita mendapatkan pemahaman etika yang lebih lengkap mengenai apa itu etika, sekaligus kita lebih mampu memahami pengertian etika yang sering sekali muncul dalam pembicaraan sehari-hari, baik secara lisan maupun tertulis. Objek etika adalah alam yang berubah, terutama alam manusia.

Terdapat dua macam etika, yakni Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Etika deskriptif adalah etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan prilaku manusia serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya, etika deskriptif berbicara mengenai fakta secara apa adanya. Sedangkan, etika normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang idel dan seharusnya dimiliki manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidupnya.

Kartu jakarta pintar adalah salah satu peran pemerintah untuk membantu anak-anak kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan. Pada hari Rabu tgl 4 November ini kami berangkat setelah pelajaran Character Building di binus pada jam 9.20 - 11.00. Lalu kami langsung berangkat menuju SMA Negeri 94 untuk melalukan wawancara KJP terhadap 16 murid yang mengikuti program KJP ini. Selama wawancara semua berjalan lancar dan baik sesuai dengan harapan kami. Kami mendapatkan data secara detail. Ada beberapa keluhan dari murid akan kurangnya informasi yang diberikan. Ada pertanyaan "apakah anda tahu bahwa saldo KJP tidak bisa hangus?" tetapi setelah saya tanyakan, ada beberapa yang menceritakan bahwa ada yang saldonya hangus setelah lama tidak digunakan. Ada juga beberapa saran yang kita dapatkan bahwa mereka ingin jika KJP bisa dicarikan secara tunai. bukan hanya bisa digunakan secara non tunai. Banyak dari murid juga masih merasa bahwa tidak semua yang mendapatkan KJP adalah mereka yang benar - benar membutuhkan. menurut mereka, masih hasil dilakukan seleksi yang lebih akurat.









Kesimpulan

Hasil Kegiatan :
Kami sudah melakukan wawancara KJP terhadap 16 murid yang masih bersekolah di SMA Negeri 94. Dari TFI kami mendapatkan data 17 murid yang ternyata salah 1 dari mereka sudah lulus dari sekolah ini.

Hasil dari pelaksanaan :
Dari pelaksanaan wawancara ini kami bisa mendapatkan informasi dari ke 16 murid tentang keadaan mereka berdasarkan kuisioner. Kami dapat mengetahui juga bahwa mereka kekurangan informasi tentang KJP ini. Tapi secara keseluruhan, program KJP ini sangatlah membantu murid-murid SMA Negeri 94.

Minggu, 01 November 2015

Validasi Realisasi KJP di Sekolah SDN Duri Kosambi 05 Petang dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia



I.                 Bagian Awal

Kelas               :  LA25 - LEC
Dosen              : Murty Magda Pane
Waktu             : Selasa, 13 Oktober 2015
Pukul               : 12.00 WIB-selesai
Lokasi             : SDN 5 Petang Kosambi
PIC                  : Pak Maman sebagai operator
                        : Ibu Desnawati selaku Kepala Sekolah

Tim yang hadir:

Ketua              : 
Noviyanti 1701300975

Anggota          :
Esther Aditya Jessica /1701293471
Hanita Marsherina / 1701300672
Fabian 1701302583
Michele Novia /1701305175
Welly /1701290280
Siena /1701300294

Tim yang tidak hadir :
Noviyanti / 1701300975
Della Maegafia /1701300312

II. Bagian Isi   

Teori Character Building :

Materi Character Building yang dipelajari sangat berguna untuk hal-hal yang setiap hari kami hadapi, dalam hal etika berpikir dahulu sebelum bertindak sesuatu. Teori tersebut dikenal dengan Utilitarianism yang berisi tentang perbuatan baik itu benar jika dapat menyenangkan orang lain. Sementara Duty Based Ethics tentang kewajiban kita untuk bertindak benar dan secara sadar kita telah melakukan nya. Ada Hak dan Kewajiban, dimana kita mengerti jika Hak menunjukan setiap orang memiliki hak yang sama walaupun dengan tingkatan strata yang berbeda. Topik Character Building saat ini lebih mengarah pada etika bisnis dan hubungan di lingkup kerja. Maka dari itu, teori ini dapat kami realisasikan dengan tugas praktek yang diberikan dari Binus University yaitu sosialisaasi pada sekolah dengan mayoritas yang kurang mampu tetapi pada dasar nya mereka juga memiliki hak yang sama dengan kami yaitu untuk mendapat pendidikan yang layak dan dapat menjadi orang yang sukses kelak. Kami mengunjungi sekolah untuk validasi Kartu Jakarta Pintar atau sering disebut dengan KJP gunanya untuk memberikan bantuaa dalam bidang pendidikan secara gratis untuk mereka yang benar-benar membutuhkan, akan tetapi masih banyak yang mampu bahkan berlebih tapi mendapatkan KJP. Dalam hal ini, TFI atau Teach For Indonesia yang di adakan oleh Universitas Bina Nusantara berupaya untuk membantu pemerintah dalam melakukan pemeriksaan secara langsung mengenai program Kartu Jakarta Pintar. Sehingga dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kulitas kerja serta meminimalisir adanya penyalahgunaan wewenang oleh oknum. Setelah mewawancarai sebagian anak, kami mendata hasil laporan KJP di ruang kepala sekolah SDN Duri Kosambi 05 Petang.

Proses Validasi :

  1. Surat Permohonan KJP dari pihak orang tua ke pihak sekolah
  2. Sekolah melakukan survey dan atau kunjungan ke pihak murid
  3. Pihak sekolah mendata keadaan (ekonomi) dan melaporkan data survey ke pihak pemerintah
Hal Positif :

Dengan survey dan atau kunjungan dari pihak sekolah ke pihak murid, hal ini menjadikan KJP lebih efisien dan efektif untuk melihat langsung apakah bantuan KJP yang diberikan akan diberikan dengan benar untuk orang-orang yang kurang mampu dan lebih maksimal membantu yang benar-benar membutuhkan.

Hal yang kurang baik :

Pihak sekolah harus menyelidiki benar setiap siswa yang meminta permohonan KJP. Pihak sekolah harus melakukan dengan sukarela dan tidak ada bantuan dana untuk merekka melakukan survey dari pemerintah. Padahal pihak sekolah harus mengeluarkan biaya transportasi untuk kunjungan walaupun misalnya sekolah terletak di Jakarta Barat, sementara murid nya tinggal di Tangerang kota.

III.           Kesimpulan

Hasil Kegiatan :

Kelompok kami telah melakukan kegiatan validasi KJP siswa penerima bantuan pemerintah dan mencocokan data yang kami dapat dari pihak sekolah dan para murid. Kami berhasil mewawancarai 34 orang siswa yang mempresentasikan 167 orang siswa penerima data KJP menurut data pemerintah.

Kesimpulan dari Pelaksanaan :

Kelompok kami berhasil melaksanakan tugas pendataan dan validasi data siswa penerima KJP SD Duri Kosambi 05 Petang dalam 1 hari. Kami dapat mengetahui apakah KJP yang diberikan telah diberikan untuk murid-murid yang membutuhkan atau tidak. Kami juga memberi informasi sosial apa saja yang dapat mereka nikmati selain sekolah gratis, seperti naik transportasi busway/transjakarta dengan gratis,dll. Setelah kami membuat laporan, kami mengajak Ibu Desnawati selaku Kepala Sekolah SD Duri Kosambi 05 Petang dan Pak Maman untuk foto bersama.


Senin, 19 Oktober 2015

Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di Sekolah SDN 5 Petang Kosambi dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia












I.                 Bagian awal
Kelas               :  LA25-LEC
Dosen              : Murty Magda Pane
Waktu             : Selasa, 13 Oktober 2015
Pukul               : 12.00 WIB-selesai
Lokasi             : SDN 5 Petang Kosambi
PIC                  : Pak Maman sebagai operator
                        : Ibu Desnawati selaku Kepala Sekolah

Tim yang hadir:
Ketua              : Noviyanti 1701300975
Anggota          :
Esther Aditya Jessica /1701293471
Hanita Marsherina / 1701300672
Fabian 1701302583
Michele Novia /1701305175
Welly /1701290280
Siena /1701300294

Tim yang tidak hadir :
Noviyanti / 1701300975
Della Maegafia /1701300312





(foto dari kiri ke kanan) Welly-Fabian-Pak Maman-Bu Desnawati-Michele-Esther-Siena-Hanita
II.               Bagian Isi

Seiring perkembangan zaman, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dalam berbagai sektor terutama dalam sektor pendidikan. Sebagai warga Kota Jakarta, tentu kita tidak asing dengan salah satu program pemerintah yang kian populer yakni Kartu Jakarta Pintar. Kartu Jakarta Pintar atau sering disebut dengan KJP adalah bantuan dari pemerintah untuk warga kurang mampu berupa dana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak dalam kegiatan bersekolah. Tidak hanya itu, tentu anak-anak yang terdaftar sebagai penerima KJP tidak perlu membayar biaya uang sekolah atau gratis. Tentu program ini sangat diinginkan atau diminati oleh banyak sekali warga di Jakarta. Namun pemerintah tidak akan memberikan bantuan tersebut kepada seluruh warga Jakarta. Karena target utama bantuan tersebut adalah warga kurang mampu namun tentu tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksaan program bantuan tersebut, terdapat oknum-oknum yang mencoba menyalahgunakan dana pemerintah tersebut. Sehingga pemerintah perlu mengawasi secara langsung dan memeriksa secara langsung maupun tidak langsung proses tersebut. Guna melakukan pemeriksaan secara langsung, pemerintah sangat memerlukan bantuan dari seluruh masyarakat untuk memeriksa dan melaporkan secara jelas mengenai proses pemberian bantuan tersebut. Dalam hal ini, TFI atau Teach For Indonesia berupaya untuk membantu pemerintah dalam melakukan pemeriksaan secara langsung mengenai program Kartu Jakarta Pintar. Sehingga dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kulitas kerja serta meminimalisir adanya penyalahgunaan wewenang oleh oknum.
Dalam kegiatan ini, kelompok kami telah melakukan pendataan serta validasi realisasi Kartu Jakarta Pintar yang di miliki oleh murid SDN 5 Petang Kosambi. Tentu dalam kegiatan ini, kami mampu menerapkan ilmu yang telah kami pelajari dalam mata kuliah Character Building Profesional Development (CB442) seperti teori teori etika, prinsip prinsip etika profesi, pengambilan keputusan etis, dan tentunya masih banyak lagi. Terutama dalam mata kuliah Character Building lainnya yang memberikan informasi bagaimana cara berkomunikasi yang baik serta cara bersikap yang baik terhadap orang lain. Dengan adanya mata kuliah Character Building, mahasiwa binus sangat terbantu dalam mengubah kepribadian menjadi lebih baik serta meningkatkan soft skill yang di butuhkan di masa kerja. Dalam kegiatan sehari-hari biasanya orang tidak membedakan etika dengan etiket, namun menurut penulis buku mata kuliah Character Building Professional Development etiket berkenaan dengan cara suatu perbuatan dilakukan, misalnya cara menyajikan makanan, cara makan, cara berbicara, dll. Sedangkan etika berhubungan dengan masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Namun pada intinya etika dan etiket memiliki kesamaan yakni sama-sama berkaitan dengan perilaku manusia dan mengatur perilaku manusia secara normative. Salah satu jenis etika terapan yang kami pakai dalam proses kegiatan ini adalah Duty-Based Ethics atau disebut juga etika deontology yang dimana etika didasarkan oleh kewajiban. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani kita tentu memiliki kewajiban untuk menolong orang lain yang mengalami kesulitan dalam hidupnya. Bahkan dalam sebuah profesi tertentu dibutuhkan etika yang kuat guna memperkecil terjadinya kesalahan yang dapat merugikan orang lain. Dalam menjalankan profesi, setiap individu didorong untuk mengedepankan kejujuran, keadilan, kepercayaan, dan keuletan. Karena hal-hal tersebut sangatlah menentukan kualitas kerja seseorang. Walaupun orang-orang hebat yang memiliki pengetahuan yang luas tidak akan sempurna tanpa hadirnya hal-hal penting tersebut. Karena dalam bekerja, pemilik profesi tidak hanya menjual ilmu namun mereka menjual kejujuran, keadilan, kepercayaan, serta keuletan mereka. Dalam melaksanakan tugas ini kami sangat mengedepankan etika guna menghindari merugikan orang lain serta kami sangat bertanggung jawab atas hasil kerja kami sehingga kami dapat membuktikan kualitas kerja kami dan dapat membantu pemerintah dalam menjalankan tugas ini. Tidak lupa bahwa saat melakukan tugas sosial seperti ini, kami perlu mengambil keputusan yang etis dalam setiap masalah yang terjadi. Sehingga dengan hadirnya mata kuliah Character Building, membantu mengubah sudut pandang serta karakter mahasiswa untuk menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan.
Sebelum kami memulai kegiatan, kami sudah mempersiapkan beberapa hal yang sangat penting guna memperlancar kegiatan ini yakni persiapan mental, cara berkomunikasi yang beragam karena kami akan berhadapan dengan banyak sekali karakter manusia yang berbeda, dan juga kami mempersiapkan berbagai macam dokumen serta kusioner untuk menjalankan dan mengsukseskan kegiatan tersebut. Tidak lupa, bahwa sebelum melakukan kegiatan hari ini kami telah membuat janji terlebih dahulu sehingga pihak sekolah tidak merasa terganggu atas kehadiran kami. Membuat janji dengan PIC dari pihak sekolah sangatlah penting karena kami mengedepankan etika yang baik dalam melaksanakan tugas dan berupaya mencegah merugikan orang lain yakni para guru dan murid yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini kami akan berinteraksi dengan anak-anak SD yang memiliki kecenderungan sikap yang berbeda-beda sehingga kami harus mengatur sikap kami dan berinteraksi dengan tepat seperti membagi pembicaraan kapan kami harus sedikit bercanda dan serius. Tidak lupa, bahwa kami juga menyelipkan motivasi singkat kepada beberapa individu karena mereka adalah generasi masa depan yang harus dijaga. Tidak hanya itu, kami juga di tantang untuk berkomunikasi dengan para guru ataupun pejabat yang bekerja di SDN 5 petang Kosambi. Dan kami tentu harus merubah cara bersikap kami menjadi lebih formal serta menggunakan kata-kata yang lebih formal dalam berinteraksi sehingga kami menunjukan rasa hormat kami terhadap beliau yang tentunya menjadi narasumber kami. Dan tidak luput dari perhatian kami, bahwa kami membahas serta saling mengkritik apabila adanya kesalahan dalam pengucapan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh anggota kelompok kami. Sehingga kami dapat memperbaikan kinerja kami dan meberikan hasil yang terbaik.
Metode pengambilan data yang kami lakukan adalah 1 on 1 yang berarti bahwa 1 pencari data akan mewawancarai 1 orang murid atau target. Hal ini sangat efektif karena kami dapat membuat kedekatan khusus dengan target sehingga target dapat menjawab lebih jujur karena pertanyaan-pertanyaan yang hadir dalam kertas kusioner adalah pertanyaan yang cukup internal. Kami berupaya mengedepankan kenyamanan target dalam menjawab pertanyaan yang ada dan tidak terganggu dengan keramaian. Namun karena kurangnya infrastuktur dari sekolah SDN 5 Petang Kosambi, kami terpaksa melakukan wawancara di dalam kantor kepala sekolah dan duduk di lantai. Hal ini terjadi karena menurut informasi dari Kepala Sekolah SDN 5 Petang Kosambi, infrastruktur sekolah ini sangatlah kurang karena dapat dilihat bahwa banyak lantai yang bergelombang serta atap yang rubuh sehingga tidak dapat digunakan untuk kegiatan sekolah. Dalam kegiatan ini, kami berhasil mewawancarai 34 anak penerima KJP yang di pilih secara acak dari kelas 2-6 yang mempresentasikan total 167 anak penerima KJP. Dalam pelaksanaanya sesi wawancara ini berlangsung dengan kondusif. Dalam kegiatan wawancara yang kami lakukan,kami mengalami beberapa kesulitan. Karena beberapa anak kurang mengerti apa itu Kartu Jakarta Pintar walaupun mereka mengaku bahwa pihak sekolah telah memberikan sosialisasi. Kesulitan lainnya adalah bahwa pihak sekolah mengaku tidak menympan data struk pembelian barang oleh penerima KJP. Berdasarkan data yang telah kami terima dari kegiatan wawancara, semua siswa SDN 5 Petang Kosambi tidak menerima langsung KJP. Karena yang menerima Kartu Jakarta Pintar secara langsung adalah orang tua murid dan pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh para siswa penerima. Sehingga mereka tidak mengetahui ataupun mengingat kapan mereka menerima KJP dan buku tabungan KJP. Beberapa dari siswa tidak mengetahui bahwa KJP dapat digunakan untuk menggunakan TransJakarta dan dana nya tidak akan hangus apabila tidak digunakan. Hal lain yang mempersulit kegiatan kami adalah kurangnya beberapa data yang ada karena menurut pihak sekolah orang yang paling bertanggung jawab atas program KJP di sekolah ini baru saja mengundurkan diri karena tengah hamil. Sehingga pihak sekolah sulit mencari data-data lengkap mengenai program KJP ini. Namun kami mendapatkan banyak info-info penting mengenai siswa seperti asset asset yang mereka miliki. Kebanyakan dari mereka hanya memiliki motor tidak lebih dari 1, tidak memiliki mobil, handphone tidak lebih dari satu juta rupiah, dan lain-lain. Sehingga membuktikan bahwa siswa penerima KJP dapat digolongkan kurang mampu sehingga mereka layak menerima bantuan dana pemerintah.
Dalam kegiatan ini kami tidak hanya fokus mewawancarai murid penerima dana KJP, namun kami juga mewawancarai pihak sekolah yakni operator dan beberapa wali kelas guna membandingkan hasil wawancara yang telah kami lakukan. Dan hasil wawancara membuktikan keselarasan jawaban dari berbagai pihak. Berdasarkan data hasil wawancara, kami merangkum bahwa seleksi penerima KJP dilakukan dengan serius dan tidak sembarangan siswa dapat mendapatkan bantuan dana ini. Bahkan wali kelas atau guru di wajibkan untuk mendatangi rumah calon penerima KJP untuk memeriksa kondisi keluarga mereka. Pihak sekolah diwajibkan untuk memeriksa asset yang dimiliki oleh calon penerima KJP. Apabila terjadi penyimpangan, maka pihak sekolah tidak akan menghapuskan siswa dari data calon penerima dana KJP. Menurut kami seleksi yang ketat akan sangat membantu pemerintah menentukan target utama penerima dana KJP secara tepat sasaran.

Survey Eksternal


Survey Internal
Berdasarkan evaluasi bersama, tiap individu sudah mampu melaksanakan tugas dengan baik dan berkomunikasi dengan baik. Masing-masing individu mampu mengontrol sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas. Tidak lupa bahwa kami mengedepankan kerjasama tim yang baik dalam membagi tugas serta memiliki inisiatif yang tinggi dalam melaksanakan tugas bersama. Dalam pelaksanaan kegiatan, Mahasiswa yang sangat aktif dan memiliki informasi lengkap mengenai kegiatan adalah Esther Aditya. Sehinga Esther adalah sosok yang harus dicontoh oleh seluruh anggota tim karena memiliki inisiatif yang tinggi, pengetahuan yang luas, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat baik.

III.           Penutup

Hasil Kegiatan.
Kelompok kami telah mengunjungi SDN 5 Petang Kosambi, Jakarta yang merupakan tempat kami akan bertugas dan telah melakukan kegiatan validasi dan pendataan siswa penerima bantuan pemerintah yakni KJP. Serta mencocokan data yang kami dapat dari pihak sekolah dan para murid. Kami berhasil mewawancarai 34 orang siswa yang mempresentasikan 167 orang siswa penerima data KJP menurut data pemerintah.

Kesimpulan dari Pelaksanaan.
Kelompok kami berhasil melaksanakan tugas pendataan dan validasi data siswa penerima bantuan KJP dalam kurun waktu satu hari. Walaupun sebelumnya kami telah dating kepada pihak sekolah dan membuat janji pertemuan untuk mengedepankan etika kerja kami. Terdapat ketidak lengkapan data dari pihak sekolah yakni struk pembelian barang oleh murid penerima bantuan. Walaupun dari data wawancara kepada siswa, mereka mengaku telah memberikan struk pembelian kepada pihak sekolah.

Informasi Jumlah Peserta.
Total penerima KJP adalah 167 siswa.


Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SMA Negeri 94 dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia

Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SMA Negeri 94 dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia













Kelas               : LA-25
Dosen              : Ms. Murty Magda Pane (D3371)
Waktu             : Rabu, 7 Oktober 2015
Pukul               : 15.45-14.30
Lokasi             : SMAN 94, Kalideres, Jakarta
PIC ditempat  : Bapak Endi, Wakil Kepala SMA Negeri 94 Jakarta

Tim yang Hadir :
Ketua : Noviyanti/1701300975
Anggota :
1.      Fabian/1701302583
2.      Hanita Marsherina/1701300672
3.      Welly/1701290280
4.      Esther Aditya/1701293471

Tim yang tidak hadir:
1.      Della Margafia/1701300312
2.      Michelle Novia/1701305175
3.      Siena/1701300294


(Foto dari kiri ke kanan)
Hanita Marsherina; Noviyanti; Fabian; Pak Endi; Welly; Esther Aditya


Isi

Dengan semakin berkembangnya zaman, Pemerintah juga semakin meningkatkan kinerja mereka di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pendidikan. Banyak penduduk Indonesia, khususnya Jakarta, yang tidak dapat memperoleh kesempatan untuk menimba ilmu di sekolah karena alasan ekonomi. Padahal, mereka merupakan calon penerus bangsa. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Jakarta membuat suatu program yang dinamakan Kartu Jakarta Pintar atau yang sering disebut dengan istilah KJP. KJP adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada orang-orang yang tidak mampu, agar mereka dapat bersekolah secara gratis. Karena banyaknya jumlah sekolah di Jakarta, maka pemerintah bekerjasama dengan pihak Teach For Indonesia untuk melakukan survey atas penyebaran Kartu Jakarta Pintar agar menjamin program tersebut diterima oleh orang-orang yang membutuhkan.

Kelompok kami mendapatkan kesempatan untuk bertugas di SMA Negeri 94 Jakarta, dengan total penerima KJP sebesar 17 Orang. Dalam menjalankan tugas ini, kami menerapkan prinsip-prinsip yang kami pelajari di mata kuliah Character Building : Professional Development. Prinsip yang kami terapkan adalah prinsip Duty-Based Ethics, yang berdasarkan pada kewajiban. Melalui prinsip ini, kami bermaksud untuk memenuhi kewajiban kami sebagai manusia untuk membantu sesama yang membutuhkan, yaitu dengan cara memeriksa penyebaran Kartu Jakarta Pintar di SMA Negeri 94 Jakarta agar diterima oleh orang-orang yang membutuhkannya. Selain itu kami juga menerapkan Right-Based Ethics, yang berdasarkan pada hak. Menurut kelompok kami, siswa-siswi yang memperoleh KJP dari pemerintah ini berhak untuk menikmati apa yang telah diberikan kepada mereka oleh pemerintah dan kami bertugas untuk memastikan bahwa hak yang mereka peroleh itu benar-benar terpenuhi.

Sebelum memulai tugas, kami sekelompok berangkat dari kampus untuk menuju SMA Negeri 94 Jakarta, dan dalam proses pencarian sekolah kami menemui beberapa masalah karena lokasi sekolah yang kami tuju tidak kami ketahui. Setelah berjam-jam mencari dan beberapa kali tersasar, kami akhirnya menemukan SMA Negeri 94 yang terletak di daerah Kalideres. Untuk menuju sekolah ini, kami harus melewati jalan sempit yang terletak di daerah pasar dan beberapa pemukiman warga. Sebelum berangkat ke sekolah, kami telah menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, seperti data-data 8355 dan pertanyaan yang akan ditanyakan kepasa siswa/i penerima KJP dengan harapan kami dapat menyelesaikan tugas kami hari itu juga.

Kami sampai di SMA Negeri 94 Jakarta saat jam pembelajaran telah selesai, dan saat itu siswa-siswi SMA Negeri 94 kebanyakan sudah pulang. Kami harus bertemu dengan pihak yang berwenang (Kepala Sekolah atau Wakil) untuk memulai tugas ini, dan saat itu kmai bertemu dengan Pak Endi yang menjabat sebagai Wakil Kepala SMA Negeri 94 Jakarta. Namun sangat disayangkan, kami belum dapat memulai tugas kami karena harus ada persetujuan dari Kepala Sekolah terlebih dahulu, dan pada saat itu Kelapa Sekolah sedang tidak berada di tempat. Maka dari itu, Pak Endi mengusulkan untuk meninggalkan surat yang kami peroleh dari dinas untuk ditujukan kepada Kepala Sekolah agar prosedur dari sekolah dapat segera diselesaikan. Akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti usulan Pak Endi dan kami akan menunggu kabar dari pihak sekolah untuk mengetahui kapan kami dapat mulai melaksanakan tugas kami.

Sebelum berpamitan, Pak Endi membuat sebuah kesepakatan dengan kelompok kami, yaitu pelaksanaan tugas tidak boleh mengganggu kelancaran pembelajaran, sehingga harus dilakukan diatas jam 3 sore, saat pembelajaran di sekolah telah selesai dan kami setuju dengan kesepakatan itu. Pak Endi juga menginformasikan bahwa dari 17 siswa yang menerima KJP, ada 1 siswa yang sudah lulus sehingga tidak dapat di wawancara dan kami hanya bisa mewawancara 16 siswa saja.  Sebelum pulang, Pak Endi memberikan evaluasi terkait kinerja kelompok kami dan kami berfoto dengan Pak Endi setelah di evaluasi.




Survey Eksternal







Survey Internal
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan secara bersama-sama, kelompok kami telah telah melakukan tugas dengan baik dan kami telah berkomunikasi dengan baik kepada pihak sekolah. Dalam kelompok kami, Fabian dan Esther tela menyampaikan maksud dan tujuan tugas kami kepada Pak Endi, dan Noviyanti, Hanita, serta Welly juga berperilaku dan bersikap baik saat bertemu dengan Pak Endi.




Penutup

Hasil Kegiatan.
Kelompok kami telah mengunjungi SMA Negeri 94 Jakarta yang merupakan tempat kami akan bertugas dan telah memberikan informasi tugas-tugas yang akan kami lakukan kepada pihak sekolah. Kami juga telah memberikan surat pengantar dari Dinas ke pihak sekolah.

Kesimpulan dari Pelaksanaan.
Kelompok kami belum dapat memulai tugas kami karena belum memperoleh izin dari Kepala Sekolah dan kami harus menunggu kabar dari pihak sekolah, kapan kami dapat mulai menjalankan tugas.

Next to do.
Menghubungi Pak Endi untuk menanyakan kapan kelompok kami bisa mulai bertugas, kemudian mengatur  tanggal pelaksanan tugas dengan pihak sekolah.

Informasi Jumlah Peserta.

Total penerima KJP adalah 17 Orang (16 siswa masih aktif, tetapi ada 1 siswa yang sudah lulus).