Pendataan
dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di Sekolah SDN 5 Petang Kosambi
dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia
I. Bagian awal
Kelas :
LA25-LEC
Dosen : Murty Magda Pane
Waktu : Selasa, 13 Oktober 2015
Pukul : 12.00 WIB-selesai
Lokasi : SDN 5 Petang Kosambi
PIC : Pak Maman sebagai operator
: Ibu Desnawati selaku
Kepala Sekolah
Tim yang hadir:
Ketua : Noviyanti 1701300975
Anggota :
Esther Aditya Jessica
/1701293471
Hanita Marsherina /
1701300672
Fabian 1701302583
Michele Novia /1701305175
Welly /1701290280
Siena /1701300294
Tim yang tidak hadir :
Noviyanti / 1701300975
Della Maegafia /1701300312

(foto dari kiri ke kanan) Welly-Fabian-Pak Maman-Bu Desnawati-Michele-Esther-Siena-Hanita
II.
Bagian Isi
Seiring perkembangan
zaman, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dalam
berbagai sektor terutama dalam sektor pendidikan. Sebagai warga Kota Jakarta,
tentu kita tidak asing dengan salah satu program pemerintah yang kian populer
yakni Kartu Jakarta Pintar. Kartu Jakarta Pintar atau sering disebut dengan KJP
adalah bantuan dari pemerintah untuk warga kurang mampu berupa dana yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak dalam kegiatan bersekolah. Tidak hanya
itu, tentu anak-anak yang terdaftar sebagai penerima KJP tidak perlu membayar
biaya uang sekolah atau gratis. Tentu program ini sangat diinginkan atau
diminati oleh banyak sekali warga di Jakarta. Namun pemerintah tidak akan
memberikan bantuan tersebut kepada seluruh warga Jakarta. Karena target utama
bantuan tersebut adalah warga kurang mampu namun tentu tidak dapat dipungkiri
bahwa dalam pelaksaan program bantuan tersebut, terdapat oknum-oknum yang
mencoba menyalahgunakan dana pemerintah tersebut. Sehingga pemerintah perlu
mengawasi secara langsung dan memeriksa secara langsung maupun tidak langsung
proses tersebut. Guna melakukan pemeriksaan secara langsung, pemerintah sangat
memerlukan bantuan dari seluruh masyarakat untuk memeriksa dan melaporkan
secara jelas mengenai proses pemberian bantuan tersebut. Dalam hal ini, TFI
atau Teach For Indonesia berupaya untuk membantu pemerintah dalam melakukan
pemeriksaan secara langsung mengenai program Kartu Jakarta Pintar. Sehingga
dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kulitas kerja serta meminimalisir
adanya penyalahgunaan wewenang oleh oknum.
Dalam kegiatan ini,
kelompok kami telah melakukan pendataan serta validasi realisasi Kartu Jakarta
Pintar yang di miliki oleh murid SDN 5 Petang Kosambi. Tentu dalam kegiatan
ini, kami mampu menerapkan ilmu yang telah kami pelajari dalam mata kuliah
Character Building Profesional Development (CB442) seperti teori teori etika,
prinsip prinsip etika profesi, pengambilan keputusan etis, dan tentunya masih
banyak lagi. Terutama dalam mata kuliah Character Building lainnya yang
memberikan informasi bagaimana cara berkomunikasi yang baik serta cara bersikap
yang baik terhadap orang lain. Dengan adanya mata kuliah Character Building,
mahasiwa binus sangat terbantu dalam mengubah kepribadian menjadi lebih baik
serta meningkatkan soft skill yang di butuhkan di masa kerja. Dalam kegiatan
sehari-hari biasanya orang tidak membedakan etika dengan etiket, namun menurut
penulis buku mata kuliah Character Building Professional Development etiket
berkenaan dengan cara suatu perbuatan dilakukan, misalnya cara menyajikan
makanan, cara makan, cara berbicara, dll. Sedangkan etika berhubungan dengan
masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Namun pada
intinya etika dan etiket memiliki kesamaan yakni sama-sama berkaitan dengan
perilaku manusia dan mengatur perilaku manusia secara normative. Salah satu
jenis etika terapan yang kami pakai dalam proses kegiatan ini adalah Duty-Based
Ethics atau disebut juga etika deontology yang dimana etika didasarkan oleh
kewajiban. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani kita tentu memiliki
kewajiban untuk menolong orang lain yang mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Bahkan dalam sebuah profesi tertentu dibutuhkan etika yang kuat guna memperkecil
terjadinya kesalahan yang dapat merugikan orang lain. Dalam menjalankan
profesi, setiap individu didorong untuk mengedepankan kejujuran, keadilan,
kepercayaan, dan keuletan. Karena hal-hal tersebut sangatlah menentukan
kualitas kerja seseorang. Walaupun orang-orang hebat yang memiliki pengetahuan
yang luas tidak akan sempurna tanpa hadirnya hal-hal penting tersebut. Karena
dalam bekerja, pemilik profesi tidak hanya menjual ilmu namun mereka menjual
kejujuran, keadilan, kepercayaan, serta keuletan mereka. Dalam melaksanakan
tugas ini kami sangat mengedepankan etika guna menghindari merugikan orang lain
serta kami sangat bertanggung jawab atas hasil kerja kami sehingga kami dapat
membuktikan kualitas kerja kami dan dapat membantu pemerintah dalam menjalankan
tugas ini. Tidak lupa bahwa saat melakukan tugas sosial seperti ini, kami perlu
mengambil keputusan yang etis dalam setiap masalah yang terjadi. Sehingga
dengan hadirnya mata kuliah Character Building, membantu mengubah sudut pandang
serta karakter mahasiswa untuk menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan.
Sebelum kami memulai
kegiatan, kami sudah mempersiapkan beberapa hal yang sangat penting guna
memperlancar kegiatan ini yakni persiapan mental, cara berkomunikasi yang
beragam karena kami akan berhadapan dengan banyak sekali karakter manusia yang
berbeda, dan juga kami mempersiapkan berbagai macam dokumen serta kusioner
untuk menjalankan dan mengsukseskan kegiatan tersebut. Tidak lupa, bahwa
sebelum melakukan kegiatan hari ini kami telah membuat janji terlebih dahulu
sehingga pihak sekolah tidak merasa terganggu atas kehadiran kami. Membuat
janji dengan PIC dari pihak sekolah sangatlah penting karena kami mengedepankan
etika yang baik dalam melaksanakan tugas dan berupaya mencegah merugikan orang
lain yakni para guru dan murid yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan ini kami akan berinteraksi dengan anak-anak SD yang memiliki
kecenderungan sikap yang berbeda-beda sehingga kami harus mengatur sikap kami
dan berinteraksi dengan tepat seperti membagi pembicaraan kapan kami harus
sedikit bercanda dan serius. Tidak lupa, bahwa kami juga menyelipkan motivasi
singkat kepada beberapa individu karena mereka adalah generasi masa depan yang
harus dijaga. Tidak hanya itu, kami juga di tantang untuk berkomunikasi dengan
para guru ataupun pejabat yang bekerja di SDN 5 petang Kosambi. Dan kami tentu
harus merubah cara bersikap kami menjadi lebih formal serta menggunakan
kata-kata yang lebih formal dalam berinteraksi sehingga kami menunjukan rasa
hormat kami terhadap beliau yang tentunya menjadi narasumber kami. Dan tidak
luput dari perhatian kami, bahwa kami membahas serta saling mengkritik apabila
adanya kesalahan dalam pengucapan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
anggota kelompok kami. Sehingga kami dapat memperbaikan kinerja kami dan
meberikan hasil yang terbaik.
Metode pengambilan data
yang kami lakukan adalah 1 on 1 yang berarti bahwa 1 pencari data akan
mewawancarai 1 orang murid atau target. Hal ini sangat efektif karena kami
dapat membuat kedekatan khusus dengan target sehingga target dapat menjawab
lebih jujur karena pertanyaan-pertanyaan yang hadir dalam kertas kusioner
adalah pertanyaan yang cukup internal. Kami berupaya mengedepankan kenyamanan
target dalam menjawab pertanyaan yang ada dan tidak terganggu dengan keramaian.
Namun karena kurangnya infrastuktur dari sekolah SDN 5 Petang Kosambi, kami
terpaksa melakukan wawancara di dalam kantor kepala sekolah dan duduk di
lantai. Hal ini terjadi karena menurut informasi dari Kepala Sekolah SDN 5
Petang Kosambi, infrastruktur sekolah ini sangatlah kurang karena dapat dilihat
bahwa banyak lantai yang bergelombang serta atap yang rubuh sehingga tidak
dapat digunakan untuk kegiatan sekolah. Dalam kegiatan ini, kami berhasil
mewawancarai 34 anak penerima KJP yang di pilih secara acak dari kelas 2-6 yang
mempresentasikan total 167 anak penerima KJP. Dalam pelaksanaanya sesi
wawancara ini berlangsung dengan kondusif. Dalam kegiatan wawancara yang kami
lakukan,kami mengalami beberapa kesulitan. Karena beberapa anak kurang mengerti
apa itu Kartu Jakarta Pintar walaupun mereka mengaku bahwa pihak sekolah telah
memberikan sosialisasi. Kesulitan lainnya adalah bahwa pihak sekolah mengaku
tidak menympan data struk pembelian barang oleh penerima KJP. Berdasarkan data
yang telah kami terima dari kegiatan wawancara, semua siswa SDN 5 Petang Kosambi
tidak menerima langsung KJP. Karena yang menerima Kartu Jakarta Pintar secara
langsung adalah orang tua murid dan pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh para
siswa penerima. Sehingga mereka tidak mengetahui ataupun mengingat kapan mereka
menerima KJP dan buku tabungan KJP. Beberapa dari siswa tidak mengetahui bahwa
KJP dapat digunakan untuk menggunakan TransJakarta dan dana nya tidak akan
hangus apabila tidak digunakan. Hal lain yang mempersulit kegiatan kami adalah
kurangnya beberapa data yang ada karena menurut pihak sekolah orang yang paling
bertanggung jawab atas program KJP di sekolah ini baru saja mengundurkan diri
karena tengah hamil. Sehingga pihak sekolah sulit mencari data-data lengkap
mengenai program KJP ini. Namun kami mendapatkan banyak info-info penting
mengenai siswa seperti asset asset yang mereka miliki. Kebanyakan dari mereka
hanya memiliki motor tidak lebih dari 1, tidak memiliki mobil, handphone tidak
lebih dari satu juta rupiah, dan lain-lain. Sehingga membuktikan bahwa siswa
penerima KJP dapat digolongkan kurang mampu sehingga mereka layak menerima
bantuan dana pemerintah.
Dalam kegiatan ini kami
tidak hanya fokus mewawancarai murid penerima dana KJP, namun kami juga
mewawancarai pihak sekolah yakni operator dan beberapa wali kelas guna
membandingkan hasil wawancara yang telah kami lakukan. Dan hasil wawancara
membuktikan keselarasan jawaban dari berbagai pihak. Berdasarkan data hasil
wawancara, kami merangkum bahwa seleksi penerima KJP dilakukan dengan serius
dan tidak sembarangan siswa dapat mendapatkan bantuan dana ini. Bahkan wali
kelas atau guru di wajibkan untuk mendatangi rumah calon penerima KJP untuk
memeriksa kondisi keluarga mereka. Pihak sekolah diwajibkan untuk memeriksa
asset yang dimiliki oleh calon penerima KJP. Apabila terjadi penyimpangan, maka
pihak sekolah tidak akan menghapuskan siswa dari data calon penerima dana KJP.
Menurut kami seleksi yang ketat akan sangat membantu pemerintah menentukan
target utama penerima dana KJP secara tepat sasaran.
Survey Eksternal
Survey Internal
Berdasarkan evaluasi
bersama, tiap individu sudah mampu melaksanakan tugas dengan baik dan
berkomunikasi dengan baik. Masing-masing individu mampu mengontrol sikap dan
perilaku dalam melaksanakan tugas. Tidak lupa bahwa kami mengedepankan kerjasama
tim yang baik dalam membagi tugas serta memiliki inisiatif yang tinggi dalam
melaksanakan tugas bersama. Dalam pelaksanaan kegiatan, Mahasiswa yang sangat
aktif dan memiliki informasi lengkap mengenai kegiatan adalah Esther Aditya.
Sehinga Esther adalah sosok yang harus dicontoh oleh seluruh anggota tim karena
memiliki inisiatif yang tinggi, pengetahuan yang luas, dan memiliki jiwa
kepemimpinan yang sangat baik.
III.
Penutup
Hasil Kegiatan.
Kelompok kami telah
mengunjungi SDN 5 Petang Kosambi, Jakarta yang merupakan tempat kami akan
bertugas dan telah melakukan kegiatan validasi dan pendataan siswa penerima
bantuan pemerintah yakni KJP. Serta mencocokan data yang kami dapat dari pihak
sekolah dan para murid. Kami berhasil mewawancarai 34 orang siswa yang
mempresentasikan 167 orang siswa penerima data KJP menurut data pemerintah.
Kesimpulan dari
Pelaksanaan.
Kelompok kami berhasil
melaksanakan tugas pendataan dan validasi data siswa penerima bantuan KJP dalam
kurun waktu satu hari. Walaupun sebelumnya kami telah dating kepada pihak
sekolah dan membuat janji pertemuan untuk mengedepankan etika kerja kami.
Terdapat ketidak lengkapan data dari pihak sekolah yakni struk pembelian barang
oleh murid penerima bantuan. Walaupun dari data wawancara kepada siswa, mereka
mengaku telah memberikan struk pembelian kepada pihak sekolah.
Informasi Jumlah Peserta.
Total penerima KJP adalah
167 siswa.